Headlines News :

BERITA BLOG

Total Tayangan Halaman

"Orang Kecil Berbicara"

TEMAN BLOGGING

    KOMENTAR DARI FACEBOOK

    www.facebook.com/suriadinata1

    Segeralah kembali kepada ajaran Islam yang benar.


    oleh : Kasim Suriadinata,S.Pd

    Penduduk Republik ini sebagian besar beragama Islam. Statistik tahun 60-an menyebutkan 90 % dari penduduk Indonesia  beragama Islam. Meski belakangan, angka itu jauh menurun. Tapi yang jelas bahwa ummat Islam merupakan bagian terbesar (mayoritas), yang penyebarannya merata di seluruh propinsi. Oleh karena itu, penganut agama lain sering merasa terkucil dan mungkin merasa terintimidasi karena jumlah mereka tidak terlalu banyak.
    Kondisi ini sering dimanfaatkan beberapa pihak untuk mencapai tujuannya, terutama politik dan ekonomi. Ummat Islam Indonesia  yang “banyak” itu menjadi objek  pasar global yang terus menerus dikumandangkan kekuatan ekonomi global dengan sistem ekonomi liberalnya. Dalam kontek politik, ummat Islam berkali-kali menjadi objek untuk mendukung partai politik atau tokoh politik dengan mengedapankan icon-icon Islam, terutama ketika kampanye, padahal yang sebenarnya partai politik atau tokoh politik tersebut tak memiliki sedikitpun tujuan untuk membangun ummat Islam dengan prinsip-prinsip dasar ajaran Islam. Memang ada bebebrapa partai politik atau tokoh politik yang mengarah kesana, tapi terkadang setelah mereka duduk dan berkuasa menjadi lupa.
    Pertanyaannya, mengapa ummat Islam yang banyak ini, menjadi sangat mudah dijadikan objek kepentingan orang lain ?
    Ada beberapa hipotesa untuk menjawab pertanyaan diatas.

    Pertama : Ummat Islam Indonesia sebagian besar menganut Islam melalui proses kultur. Ketika dia lahir ke dunia dari ibu bapaknya yang beragama Islam maka akan otomatis menjadi muslim (diakukan beragama Islam).

    Kedua : Sebagian (besar)ummat Islam Indonesia kurang memiliki semangat untuk mempelajari Islam  yang sebenarnya. Dengan demikian,  pemahaman dan pengetahuan tentang islam di kalangan ummat Islam sendiri sangat terbatas.

    Ketiga : Para mubaligh, ulama, ustadz sering memberikan pemahaman yang tidak seimbang tentang betapa pentingnya menguasai seluk-beluk kehidupa di dunia, dengan berbagai aspeknya  ; sosial, budaya, ekonomi, politik dan aspek-aspek lainnya. Mereka cenderung berorintasi pada soal “keakheratan” dengan stimulus “pahala”. Padahal Islam mengajarkan kepada ummat manusia untuk hidup selamat dan sejahtera di dunia dan mendapat keselamatan dan kebahagiaan di akhirat.

    Keempat : Ummat Islam Indonesia  kurang mempelajari sejarah , tentang bagaimana Islam diturunkan Allah SWT kepada ummat manusia, sejak Adam as sampai Nabi terakhir Muhammad SAW, dan bagaimana pula perkembangan ummat Islam setelah wafat Rosulullah SAW.

    Kelima : Ummat Islam Indonesia memang sudah diracuni faham yang sengaja ditancapkan oleh penjajah (Belanda) ketika penjajah ingin menguasai Aceh yang islamnya sangat kuat dan sulit ditaklukkan. Belanda mengirim seorang bernama Snouck Hurgronje, seorang profesor ahli hukum di Negeri Belanda. Sebelum diterjunkan di Aceh (Indonesia), Snouck Hurgrunje “disekolahkan “ dulu di Mekah untuk belajar tentang Islam. Karena kecerdasannya, dalam waktu yang tidak terlalu lama, dia sudah sangat pandai dan faham tentang Islam. Dia fasih berbahasa Arab, fasih membacakan ayat-ayat Al-Qur’an, fasih pula membacakan hadits-hadits. Dia sangat faham tentang ilmu fiqh. Bahkan penampilannya pun, kita  tak akan menyangka kalau dia adalah seorang kafir yang akan menikam ummat Islam Aceh (Indonesia). Ketika dia terjun ke masyarakat Aceh , Snouck Hurgronje berganti nama menjadi Syeh Abdul Gafar. Bahkan ketika berkunjung ke Banjarmasin, dia dielu-elukan dengan sambutan dan penghormatan luar biasa sebagai ulama dari Mekah.  

    Kiprah penyamaran kafir penjajah yang berubah nama menjadi Syeh Abdul Gafar itu terus berlanjut ke Pulau Jawa. Dia menikah dengan seorang perempuan anak petinggi di Bandung. Dia juga mengawini perempuan anak seorang Kiyai  pemimpin sebuah Pondok Pesantren di Banten. Dari perkawinan-perkawinan itu dia menadapatkan turunan, yang sampai saat ini masih ada. Dalam “perjuangan kafir penjajah”nya itulah dia menyebarkan ajaran-ajaran agar ummat Islam jangan memperhatikan dunia. Curahkanlah semua kekuatan untuk akhirat saja.

    Keenam : Pengaruh global yang memang sudah terencana dalam skenario besar untuk menguasai dunia. Gerakan ini dilakukan oleh organisasi orang-orang Yahudi. Salah satu organisasi yang menjadi alat perjuangannya adalah “Free Masonry”. Pengaruh gerakan tersebut di Indonesia sudah sangat terasa. Mereka bergerak melalui saluran-saluran politik, ekonomi dan budaya. Para pemimpin negara / pemerintahan dan pelaku bisnis di seluruh dunia tidak akan luput dari pantauan mereka untuk dipengaruhi dan dikuasai. Dalam hal budaya, sudah sangat jelas, betapa bangsa ini sudah hampir tidak mengenal budaya kita sendiri, setelah generasi kita terus menerus disuguhi budaya mereka, yang jika diukur dari kesenangan, tentu lebih menarik.

    APA YANG HARUS KITA LAKUKAN ?
    Setelah kita tahu kondisi diatas tentu harus ada upaya-upaya ,baik perorangan (diri sendiri) maupun kelompok (organisasi), dengan tujuan  untuk memahami Islam yang sebenarnya. Saya menggunakan istilah “islam yang sebenarnya” ,pengertiannya sebagai berikut :
    Bahwa yang dimaksud adalah ; “ Islam yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW, sejak beliau mendapat wahyu pertama hingga beliau wafat.”  Selama itulah beliau mendapat amanah Allah (Al-Qur’an) dan mengajarkannya kepada ummat manusia melalui ucapannya, perbuatannya dan ketetapannya (qauliyah, fi’liyah dan takririyah) yang disebut Sunnah.  Dan itulah ajaran Islam yang sebenarnya. Mengapa saya begitu ektrim menggunakan istilah itu. Saya berkeyakinan bahwa Islam diturunkan kepada Muhammad SAW. tIdak kepada Abu Bakar ra, Umar ra, Usman ra, Ali,ra, atau siapapun. Jadi ketika para Sahabat Nabi yang saya sebut diatas dan para sahabat lainnya mengajarkan Islam kepada generasinya, dia berda’wah menyampaikan apa-apa yang dia lihat, yang dia dengar dan yang dia rasakan ketika Rosulullah mengajarkan Islam kepadanya. Para sahabat adalah orang-orang yang sangat mulia dan mudah-mudahan dimuliakan Allah SWT karena posisinya yang selalu mendampingi Rosul dalam menyampaikan risalah Islam. Walau demikian, mereka tidak boleh mengambil keputusan yang bersifat “addin” tanpa ada perintah atau petunjuk dari Rosulullah Muhammad SAW. Makna dari uraian diatas ialah bahwa Islam yang sebenarnya adalah “Al-Qur’an dan As-Sunnah”.
    Berikutnya, kita harus memahami dan meyakini bahwa segala kebaikan yang kita lakukan didunia (tentu dengan landasan aqidah dan syariah Islam) akan mendapat pahala di akhirat nanti.
    “Segala kebaikan yang kita lakukan didunia” yang saya maksud adalah bukan hanya ibadah mahdoh tapi juga perilaku yang dibutuhkan oleh manusia dalam mengurus komunitas (keluarga, lingkungan, bangsa, negara bahkan kehidupan ummat manusia di dunia ini. Selama ini kita banyak menyerahkan persoalan-persoalan keduniaan kepada orang lain. Mereka urusi dan kuasai urusan politik, mereka urusi urusan teknologi, mereka urusi urusan ekonomi, mereka urusi urusan budaya. Akhirnya, kita didikte mereka dalam hal politik, ekonomi, teknologi, budaya. Dalam tulisan ini saya ingin mengajak kaum muslimin untuk bangkit dari kondisi ini. Terutama kepada generasi muda, segeralah pelajari Islam yang sebenar-benarnya. Pelajari Al-Qur’an dengan tuntas, pelajari Kitab-kitab Hadits (tentu hadits-hadits yang tingkatannya bisa dijadikan hujjah). Jangan separo-separo atau setengah-setengah, sebab bisa menyebabkan salah pengertian. Salah satunya adalah bahwa Islam mengajarkan perdamaian antar sesama manusia, perdamaian antar ummat walau berbeda agama, islam mengajarkan saling tolong menolong. Dan ingat, Islam tidak mengajarkan kekerasan, apalagi anarkisme.  Islam tidak mengajarkan untuk menyakiti diri sendiri, apalagi orang lain. Islam tidak mengajarkan kebencian apalagi yang didasarkan pada kedendaman. Islam mengajarkan agar melindungi orang-orang yang lemah, termasuk kelompok minoritas.  Sungguh indah Islam bila diimplementasikan oleh orang-orang yang memahami benar tentang Islam . Selama ini Islam banyak diimpiltrasi orang-orang yang memang ingin menghancurkan Islam. Mereka hancurkan Islam dari dalam. Hingga muncul stigma-stigma bahwa Islam adalah agama kekerasan, jihad diartikan sebagai pembunuhan-pembunuhan. Islam menjadi agama yang sangat menakutkan, mengerikan.

    Wahai ummat Islam, terutama generasi muda. Segeralah kembalikan citra Islam kepada citra yang benar. Segeralah kembali kepada ajaran yang benar , Al-Quran dan As-Sunnah.

    Penulis adalah ; Ketua Yayasan Pendidikan Islam Ikhwanul Muslimin.




    Sebuah Analisa Atas Kemenangan Jokowi-Ahok

    Bagian Pertama
    Penulis : Kasim Suriadinata
    Kamis 20 September 2012 Jakarta menyelenggarakan Pilkada Gubernur DKI putaran kedua. Warga DKI berbondong-bondong mendatangi TPS masing-masing yang tersebar di seluruh wilayah DKI untuk melaksanakan hak pilih mereka menentukan pilihan, siapa pemimpin mereka untuk lima tahun mendatang.
    Ada dua pasangan tersisa , setelah diputaran pertama ada 6 pasangan yang hasilnya tidak memperoleh suara 50 % + 1. Di peringkat atas ada Joko Widodo (Jokowi) yang berpasangan dengan Basuki Tjahya Purnama (Ahok) yang memperoleh suara 43 % dan dan diperingkat dua Fauzi Bowo (Foke) yang berpasangan dengan Nahrowi Ramli (Nara), yang memperoleh suara 34 %.  Dua pasang inilah yang maju pada putaran kedua, berebut simpati warga DKI untuk  dapat menduduki posisi DKI 1 dan DKI 2.
    Fauzi Bowo & Nahrowi mendapat dukungan partai-partai besar ; Demokrat, Golkar, PKS, PPP ada di dalamnya. Disamping itu , organisasi-organisasi masyarakat berbasis kedaerahan (Betawi) dan yang berbasis keagamaan (Islam), kompak memberikan dukungan penuh pada Foke &Nara. Sebagai calon "incombent" dia juga mendapat dukungan dari aparatur di bawahnya. Sedang Jokowi&Basuki hanya didukung satu partai besar yaitu PDIP dan satu partai menengah yaitu Gerindra. Tidak terlalu banyak ormas-ormas  yang secara eksplisit memberikan dukungan padanya.
    Bila dilihat dari komponen-komponen pendukung, Foke & Nara memiliki kesempatan yang paling bagus dan bagi para pendukungnya menjadi ukuran optimis menang. Tapi apa yang terjadi, walaupun pada saat artikel ini ditulis, kemenangan Jokowi & Basuki baru dinyatakan menang menurut penghitungan cepat (quik qount) yang dilakukan lembaga-lebaga survey. Lembaga Survey Indonesia (LSI) mencatat 53,81 % suara memilih Jokowi & Basuki dan 46,19 % untuk Foke & Nara. Sedang menurut Indo Barometer, 54,11 % untuk Jokowi & Basuki dan 45,89 % untuk Foke & Nara.
    Berkaitan dengan perolehan angka ini, Fauzi Bowo sempat menelpon Joko Widodo untuk menyampaikan ucapan selamat, walaupun kemenangan yang sebenarnya adalah hasil penghitungan suara yang akan dilakukan KPUD DKI dan akan diumumkan secara resmi.

    Fenomena apa yang terjadi ?
    Jauh sebelumnya, banyak orang memperkirakan bahwa pasangan Jokowi & Basuki tidak akan mampu menandingi pasangan Foke & Nara. Alasannya ? Pasangan itu punya titik-titik lemah, yaitu ;
    Pertama ; Baik Joko Widodo maupun Basuki Tjahya Purnama bukanlah penduduk DKI. Joko Widodo adalah Walikota Solo, yang sampai saat ini dia masih memegang jabatan itu. Basuki Tjahya Purnama(Ahok) ialah mantan Bupati Buton Timur. Dia dari etnis Tionghoa dan beragama non Islam.
    Kedua ; Dukungan politik sangat kecil dibanding dukungan politik kepada Foke & Nara
    Ketiga : Keduanya pejabat-pejabat yang posisinya notabene dibawah gubernur, dan belum berpengalaman "bertanding" di level pilgub.

    Sedangkan bagi pasangan Foke&Nara titik-titik tersebut sangat kuat dan rapat. Mereka penduduk DKI, etnis setempat (Betawi), beragama Islam. Tidak heran ketika masyarakat DKI yang kental ke"Betawian" nya dan religius mendukung habis-habisan atas pasangan tersebut. Bahkan bagi masyarakat Betawi yang sangat kental keagamaannya (Islam) ketika berhadapan dengan "pendatang yang ingin menguasai Jakarta" dan beragama lain, dianggap bukan hanya disaingi, tapi harus dilawan. Terbukti dengan adanya isu-isu sara .(walaupun kasus Rhoma Irama tidak bisa dikategorikan SARA) . Selain itu Fuzi Bowo adalah pejabat yang sudah sangat menguasai level ini. Dia adalah Gubernur DKI dan sebelumnya menjabat Wakil Gubernur.

    Lalu, mengapa penduduk DKI lebih banyak memilih Jokowi & Basuki yang disebut "pendatang yang ingin menguasai Jakarta" dan beragama lain" ? Inilah pertanyaan yang harus dijawab dengan argumen-argumen kuat yang dapat dijadikan pembelajaran bagi bangsa ini dalam melakoni politik kebangsaan dan politik kenegaraan.




    Pendidikan Karakter Bangsa (Bag. II)

    Keteladanan 
    Untuk mengubah pola berpikir,bersikap dan berperilaku bukanlah perkara mudah. Dan itu memerlukan waktu panjang dan berkesinambungan. Perlu motivasi kuat serta stimulus yang rasional dan menarik. Ini harus dirancang dengan baik yang kemudian dipahami benar oleh orang-orang yang terlibat, terutama "guru". Guru menjadi tumpuan utama dalam upaya ini. Dengan demikian, diharapkan para guru memainkan peran optimal dengan membekali diri , tentu dengan ilmu dan nilai-nilai yang akan diterapkan kepada anak didiknya, sehingga menjadi pigur yang diteladani oleh semua muridnya. 
    Untuk mencapai tingkat keteladanan ,tentu memerlukan kesungguhan. Dari hal-hal besar sampai hal-hal kecil sikap dan perilaku guru harus memiliki nilai positif dan berupaya meminimalisir hal-hal yang negatif. Dan itu harus terefleksi di kehidupan sehari-hari, tidak kamuflase (berpura-pura), baik di depan anak didik maupun diluar perhatian anak didik. Berat, memang. Tapi itulah resiko jabatan profesi guru bila ingin memperoleh hasil didik yang baik.
    Sayangnya, interaksi antara guru dengan muridnya hanya beberapa jam saja. Rata-rata 5 atau 6 jam perhari, dari 24 jam kehidupan.

    Peran Orang Tua
    Para ahli pendidikan sepakat, bahwa sikap dan perilaku orang tua sangat mempengaruhi perkembangan sikap dan perilaku anak-anaknya. Logikanya, kedua orang tuanyalah yang pertama-tama dikenal anak, dan bersentuhan secara sosial maupun psikologis dengan waktu yang paling banyak pula.
    Oleh karena itu, bila kita menginginkan karakter anak-anak kita bagus, memiliki nilai-nilai moral, agama dan bermasyarakat, yang pada ujungnya berkarakter sebagai warga negara Indonesia yang baik, maka peran orang tualah yang paling menentukan.

    Pendidikan Moral di Sekolah
    Banyak pengamat pendidikan yang menilai bahwa proses pendidikan di sekolah terlalu berorientasi pada kemampuan intelektual (kemampuan kognitif). Keberhasilan belajar diukur dari hasil-hasil "ulangan" tertulis.
    Aspek moral dan budi pekerti kurang menjadi pertimbangan. Akibatnya, nilai-nilai moral dan budi pekerti anak didik menjadi bias dan samar. Untuk mempertegasnya mereka mencari sendiri nilai-nilai yang didapatnya dari pergaulan dan cenderung dari yang mereka anggap modern. Bila sudah terjadi begini, maka generasi mendatang akan menjadi sasaran empuk bagi pengembang budaya asing. Cara bicara, cara berpakaian, cara berperilaku dan terutama cara berfikir.

    Uraian yang saya tulis diatas paling tidak menggambarkan rasa kekhawatiran saya terhadap generasi mendatang, yang dinilai telah jauh meninggalkan "keIndonesiaan". Dan, orang lainpun banyak yang memiliki penilaian yang sama. Salah satu buktinya adalah ketika pemerintah (Kemendikbud) mencanangkan pendidikan Karakter Bangsa  yang salah satu alasannya adalah kekhawatiran generasi mendatang sudah melupakan rasa kebangsaannya.
    Sayangnya, saya belum bisa memahami benar konsep seperti apa Pendidikan Karakter Bangsa yang akan diterapkan kepada anak didik. Dan sudah siapkah para guru mengaplikasikan konsep tersebut.



    Pendidikan Karakter Bangsa (Bag I)

    Di kalangan dunia pendidikan kita saat ini lagi "trend" kata "pendidikan karakter bangsa". Istilah ini banyak menjadi topik pembicaraan, bembahasan dan diskusi di kalangan praktisi pendidikan, mengingat konsep ini membawa angin perubahan dalam melaksanakan proses pendidikan terutama di sekolah-sekolah. 
    Saya mencoba menganalisa konsep tersebut dengan alam pikiran , keinginan, wawasan dan pengetahuan sendiri yang serba terbatas. 
    Konsep itu terdiri dari 3 kata ; pendidikan, karakter dan bangsa.

     1. Pendidikan
    Pendidikan adalah proses terencana untuk mengembangkan kemampuan peserta didik menuju ke arah yang lebih sempurna (kedewasaan). Dalam kontek pendidikan formal, proses pendidikan dilaksanakan oleh perangkat pendidikan, dan "guru" merupakan perangkat yang paling dominan. Di masyarakat kita masih sangat melekat bahwa hasil pendidikan sangat tergantung pada guru.Guru menjadi figur sentral di tengah-tengah muridnya. Dia menjadi pusat perhatian setiap saat. Ada pepatah, "guru kencing berdiri, murid kencing berlari". Murid cenderung melakukan proses imitasi terhadap gurunya. 

     2. Karakter 
    Karakter adalah pola-pola sikap dan perilaku yang melekat pada individu-individu. Karakter seseorang bisa bawaan dan bisa pula hasil latihan-latihan atau pembelajaran. Namun banyak orang berpendapat bahwa karakter sesorang sangat dipengaruhi lingkungannya. Saya berpendapat, ada 3 tahapan lingkungan yang membentuk karakter seseorang. Pertama ; keluarga, kedua ;lingkungan tempat tinggal dan pergaulan,dan ketiga : lingkungan sekolah. Ketiganya mampu memoles dan membentuk pola bersikap dan berperilaku seseorang. Ibu dan bapak adalah orang-orang yang pertama dikenalnya.Jadi, sangat pasti, orang tua (keluarga) menjadi penentu pembentukan karakter seseorang untuk pertama kali. Selanjutnya,lingkungan anak tinggal sehari-hari mampu memoles dan membentuk karakter. Dan yang terakhir adalah lingkungan sekolah tempat dia bersekolah. Jadi menurut saya, sekolah bukanlah lingkungan yang paling dominan dalam membentuk karakter seseorang, walaupun saya juga yakin bahwa sekolah bisa memoles dan membentuknya. 

    3. Bangsa 
    Bangsa yang dimaksud tentu bangsa Indonesia, yang ber "PANCASILA", "BHINEKA TUNGGAL IKA" , NKRI, dan icon-icon lainnya. Sebagai bangsa yang berPANCASILA tentu diharapkan bangsa yang mempercayai dan mengimani adanya Tuhan Yang Maha Esa dengan berbagai konsekuensinya, memiliki sikap dan perilaku peri kemanusiaan yang adil dan beradab,sikap dan perilaku persatuan Indonesia,sikap dan perilaku demokrasi dengan prinsip kerakyatan yang dipimpin oleh kebijaksanaan dan permusyawaratan dan sikap dan perilaku adil. BerBHINEKA TUNGGAL IKA artinya diharapkan agar bisa memahami dan menyadari bahwa ikatan bangsa ini didasari atas satu kepentingan, walau kita berbeda suku, budaya bahkan agama. 

     Dengan demikian bisa dikatakan bahwa "pendidikan karakter bangsa " adalah upaya sadar dan terencana untuk mengembangkan kemampuan anak didik menuju keadaan yang lebih sempurna , dilakukan perangkat pendidikan agar terbentuk sikap dan perilaku yang ber "Pancasila", ber "bhineka tunggal ika" dan icon-icon bangsa lainnya.

    Jalalaudin Rahmat Tantang Sunny Indonesia

    JAKARTA (voa-islam.com) - Ketua Dewan Syura Ikatan Jemaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) Jalaluddin Rahkmat di acara “Milad ke 63 kang Jalal: Napak Tilas Perjalaanan Syiah Kang Jalal” di Kemang VI no 9, Kemang Raya, Jakarta, Rabu malam (29/08/2012) menyatakan jika orang-orang Syiah adalah pemberani dan merasa bangga jika bisa mengalirkan darah bersama Imam Husein.


    Bahkan seraya menantang ia mempertanyakan apa perlu memindahkan konflik Sunni-Syiah di Irak ke Indonesia. “Saya kira kelompok Syiah tidak sebagus dalam tanda kutip kelompok Ahmadiyah, kita adalah sebuah kelompok keagamaan yang mendunia, jadi berbeda dengan kelompok Ahmadiyah yang menyambut pukulan yang mematikan itu dengan senyuman. Orang-orang Syiah pada suatu saat tidak akan membiarkan tindakan kekerasan itu terus menerus terjadi. Karena buat mereka, mengorbankan darah dan mengalirkannya bersama darah Imam Husein adalah satu mimpi yang diinginkan oleh orang Syiah. Saya tidak bermaksud mengancam ya tapi apakah kita harus memindahkan konflik Sunnah-Syiah dari Iraq ke Indonesia? Semua itu berpulang pada pemerintah,” ucapnya seperti dikutip hidayatullah.com.


    Menanggapi pernyataan Jalaluddin Rakhmat, Fauzan Al Anshori menilai selama ini Jalaluddin Rakhmat pada awalnya bertaqiyah tanpa menampakkan ke-syiahannya, namun kini ia telah terang-terangan menyatakan dirinya sebagai seorang Syi’i (Syiah).


    Lebih dari itu kini pria yang biasa dipanggil kang Jalal itu sudah berani menantang umat Islam di Indonesia.


    Oleh sebab itu ia mengimbau agar umat Islam berhati-hati dengan taqiyah aliran sesat Syiah yang menggembar-gemborkan persatuan. Sebab tak mungkin bersatu antara ajaran Ahlus Sunnah yang memuliakan sahabat dengan Syiah yang mencaci maki sahabat.


    “Saya ingin katakan kepada kaum muslimin di Indonesia ini yang mayoritas Sunni, hati-hati! Ketika mereka dalam keadaan lemah, mereka terus bertaqiyah, kita bersaudara, yang digembar-gemborkan bahasa persatuan. Tetapi anda harus tahu wahai kaum muslimin Ahlus Sunnah, bagaimana mungkin bisa bersatu, antara orang yang memuliakan sahabat dengan orang yang mencaci maki sahabat,” ungkap pimpinan Pondok Pesantren Anshorullah, Ciamis ini kepada voa-islam.com, Jum’at (31/8/2012).


    Ia melanjutkan, setelah Syiah mulai kuat maka mereka akan menunjukkan kekuatan dan siap menantang perang seperti apa yang dinyatakan Jalaludin Rakhmat.


    “Setelah mereka kuat dan sekarang mereka mulai menunjukkan kekuatan itu, dengan ucapan Jalaludin Rakhmat seperti itu sebenarnya dia menantang. Karena dia menantang, saya katakan; ‘anda jual, kami borong.’ Kami siap kapan pun anda memindahkan konflik itu ke Indonesia!” tegas anggota Masyarakat Peduli Syariah (MPS) ini.


    Selain itu ia juga mengingatkan kaum muslimin di negeri ini agar waspada terhadap Syiah, sebab jika Syiah mulai kuat dan memang kekuasaan maka perlakukannya lebih jahat daripada Amerika.

    “Jangan sampai umat Islam Ahlus Sunnah ini dibantai oleh Syiah ketika mereka sudah menguasai kekuasaan. Ngeri sekali, kalau sudah Syiah memegang kekuasaan itu lebih jahat daripada Amerika, anda lihat sendiri tragedi di Suriah, itu lebih jahat dari Amerika,” imbuhnya. [Ahmed WIdad]

    Freeport : Royalty 1 % ?

    Sebuah catatan : Thn 2010 PT Freeport Indonesia membayarkan royalti taun itu kepada pihak pemerintah kita sebesar 94 juta dollar AS (bila diconvert ke rupiah dengan kurs 9000 = 846 milyard rupiah). Jumlah sebesar itu hanya 1 % dari seluruh keuntungan pertahun , sesuai dengan kontrak kerja yang ditanda tangani Pemerintah Indonesia dengan PT Freeport.
    Artinya : Keuntungan yang diraih perusahaan Amerika itu dalam setahun =
    99 x 94 juta $ = 9.306 juta $. Bila dirupiahkan menjadi sekitar Rp.83.754.000.000.000,- (83,7 triliun rupiah).
    Kabarnya berkaitan dengan kunjungan Menlu Hillary Clinton di Jakarta semalam (Senin,3/9/12), ada juga dibicarakan hal itu. Kabarnya , disetujui kenaikan royalti dari 1 % menjadi 3,7 %. Lumayan.
    Kapan kita dapat 100 %.
    Perlu diketahui bahwa kontrak kerja antara Pemerintah RI dengan PT Freeport Indonesia ditandatangani sampai tahun 2041.
     
    Support : YPK | JKR | JKR
    Copyright © 2010 okabe.com - All Rights Reserved
    JOKER JOKER Published by JOKER
    Proudly powered by POSTING