oleh : Kasim Suriadinata,S.Pd
Penduduk Republik ini sebagian
besar beragama Islam. Statistik tahun 60-an menyebutkan 90 % dari penduduk
Indonesia beragama Islam. Meski
belakangan, angka itu jauh menurun. Tapi yang jelas bahwa ummat Islam merupakan
bagian terbesar (mayoritas), yang penyebarannya merata di seluruh propinsi.
Oleh karena itu, penganut agama lain sering merasa terkucil dan mungkin merasa
terintimidasi karena jumlah mereka tidak terlalu banyak.
Kondisi ini sering dimanfaatkan
beberapa pihak untuk mencapai tujuannya, terutama politik dan ekonomi. Ummat
Islam Indonesia yang “banyak” itu
menjadi objek pasar global yang terus
menerus dikumandangkan kekuatan ekonomi global dengan sistem ekonomi
liberalnya. Dalam kontek politik, ummat Islam berkali-kali menjadi objek untuk
mendukung partai politik atau tokoh politik dengan mengedapankan icon-icon
Islam, terutama ketika kampanye, padahal yang sebenarnya partai politik atau
tokoh politik tersebut tak memiliki sedikitpun tujuan untuk membangun ummat
Islam dengan prinsip-prinsip dasar ajaran Islam. Memang ada bebebrapa partai
politik atau tokoh politik yang mengarah kesana, tapi terkadang setelah mereka
duduk dan berkuasa menjadi lupa.
Pertanyaannya, mengapa ummat
Islam yang banyak ini, menjadi sangat mudah dijadikan objek kepentingan orang
lain ?
Ada beberapa hipotesa untuk
menjawab pertanyaan diatas.
Pertama : Ummat Islam
Indonesia sebagian besar menganut Islam melalui proses kultur. Ketika dia lahir
ke dunia dari ibu bapaknya yang beragama Islam maka akan otomatis menjadi
muslim (diakukan beragama Islam).
Kedua : Sebagian (besar)ummat
Islam Indonesia kurang memiliki semangat untuk mempelajari Islam yang sebenarnya. Dengan demikian, pemahaman dan pengetahuan tentang islam di
kalangan ummat Islam sendiri sangat terbatas.
Ketiga : Para mubaligh,
ulama, ustadz sering memberikan pemahaman yang tidak seimbang tentang betapa
pentingnya menguasai seluk-beluk kehidupa di dunia, dengan berbagai aspeknya ; sosial, budaya, ekonomi, politik dan
aspek-aspek lainnya. Mereka cenderung berorintasi pada soal “keakheratan”
dengan stimulus “pahala”. Padahal Islam mengajarkan kepada ummat manusia untuk
hidup selamat dan sejahtera di dunia dan mendapat keselamatan dan kebahagiaan
di akhirat.
Keempat : Ummat Islam
Indonesia kurang mempelajari sejarah ,
tentang bagaimana Islam diturunkan Allah SWT kepada ummat manusia, sejak Adam as
sampai Nabi terakhir Muhammad SAW, dan bagaimana pula perkembangan ummat Islam
setelah wafat Rosulullah SAW.
Kelima : Ummat Islam
Indonesia memang sudah diracuni faham yang sengaja ditancapkan oleh penjajah
(Belanda) ketika penjajah ingin menguasai Aceh yang islamnya sangat kuat dan
sulit ditaklukkan. Belanda mengirim seorang bernama Snouck Hurgronje, seorang
profesor ahli hukum di Negeri Belanda. Sebelum diterjunkan di Aceh (Indonesia),
Snouck Hurgrunje “disekolahkan “ dulu di Mekah untuk belajar tentang Islam.
Karena kecerdasannya, dalam waktu yang tidak terlalu lama, dia sudah sangat
pandai dan faham tentang Islam. Dia fasih berbahasa Arab, fasih membacakan
ayat-ayat Al-Qur’an, fasih pula membacakan hadits-hadits. Dia sangat faham
tentang ilmu fiqh. Bahkan penampilannya pun, kita tak akan menyangka kalau dia adalah seorang
kafir yang akan menikam ummat Islam Aceh (Indonesia). Ketika dia terjun ke
masyarakat Aceh , Snouck Hurgronje berganti nama menjadi Syeh Abdul Gafar.
Bahkan ketika berkunjung ke Banjarmasin, dia dielu-elukan dengan sambutan dan
penghormatan luar biasa sebagai ulama dari Mekah.
Kiprah penyamaran kafir penjajah yang berubah
nama menjadi Syeh Abdul Gafar itu terus berlanjut ke Pulau Jawa. Dia menikah
dengan seorang perempuan anak petinggi di Bandung. Dia juga mengawini perempuan
anak seorang Kiyai pemimpin sebuah
Pondok Pesantren di Banten. Dari perkawinan-perkawinan itu dia menadapatkan
turunan, yang sampai saat ini masih ada. Dalam “perjuangan kafir penjajah”nya
itulah dia menyebarkan ajaran-ajaran agar ummat Islam jangan memperhatikan
dunia. Curahkanlah semua kekuatan untuk akhirat saja.
Keenam : Pengaruh global
yang memang sudah terencana dalam skenario besar untuk menguasai dunia. Gerakan
ini dilakukan oleh organisasi orang-orang Yahudi. Salah satu organisasi yang
menjadi alat perjuangannya adalah “Free Masonry”. Pengaruh gerakan tersebut di
Indonesia sudah sangat terasa. Mereka bergerak melalui saluran-saluran politik,
ekonomi dan budaya. Para pemimpin negara / pemerintahan dan pelaku bisnis di
seluruh dunia tidak akan luput dari pantauan mereka untuk dipengaruhi dan
dikuasai. Dalam hal budaya, sudah sangat jelas, betapa bangsa ini sudah hampir
tidak mengenal budaya kita sendiri, setelah generasi kita terus menerus
disuguhi budaya mereka, yang jika diukur dari kesenangan, tentu lebih menarik.
APA YANG HARUS KITA LAKUKAN ?
Setelah kita tahu kondisi diatas
tentu harus ada upaya-upaya ,baik perorangan (diri sendiri) maupun kelompok
(organisasi), dengan tujuan untuk
memahami Islam yang sebenarnya. Saya menggunakan istilah “islam yang sebenarnya”
,pengertiannya sebagai berikut :
Bahwa yang dimaksud adalah ; “
Islam yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW, sejak beliau mendapat
wahyu pertama hingga beliau wafat.” Selama itulah beliau mendapat amanah Allah (Al-Qur’an)
dan mengajarkannya kepada ummat manusia melalui ucapannya, perbuatannya dan
ketetapannya (qauliyah, fi’liyah dan takririyah) yang disebut Sunnah. Dan itulah ajaran Islam yang sebenarnya.
Mengapa saya begitu ektrim menggunakan istilah itu. Saya berkeyakinan bahwa
Islam diturunkan kepada Muhammad SAW. tIdak kepada Abu Bakar ra, Umar ra, Usman
ra, Ali,ra, atau siapapun. Jadi ketika para Sahabat Nabi yang saya sebut diatas
dan para sahabat lainnya mengajarkan Islam kepada generasinya, dia berda’wah
menyampaikan apa-apa yang dia lihat, yang dia dengar dan yang dia rasakan
ketika Rosulullah mengajarkan Islam kepadanya. Para sahabat adalah orang-orang
yang sangat mulia dan mudah-mudahan dimuliakan Allah SWT karena posisinya yang
selalu mendampingi Rosul dalam menyampaikan risalah Islam. Walau demikian,
mereka tidak boleh mengambil keputusan yang bersifat “addin” tanpa ada perintah
atau petunjuk dari Rosulullah Muhammad SAW. Makna dari uraian diatas ialah
bahwa Islam yang sebenarnya adalah “Al-Qur’an dan As-Sunnah”.
Berikutnya, kita harus memahami
dan meyakini bahwa segala kebaikan yang kita lakukan didunia (tentu dengan
landasan aqidah dan syariah Islam) akan mendapat pahala di akhirat nanti.
“Segala kebaikan yang kita lakukan didunia” yang saya maksud adalah
bukan hanya ibadah mahdoh tapi juga perilaku yang dibutuhkan oleh manusia dalam
mengurus komunitas (keluarga, lingkungan, bangsa, negara bahkan kehidupan ummat
manusia di dunia ini. Selama ini kita banyak menyerahkan persoalan-persoalan
keduniaan kepada orang lain. Mereka urusi dan kuasai urusan politik, mereka
urusi urusan teknologi, mereka urusi urusan ekonomi, mereka urusi urusan
budaya. Akhirnya, kita didikte mereka dalam hal politik, ekonomi, teknologi,
budaya. Dalam tulisan ini saya ingin mengajak kaum muslimin untuk bangkit dari
kondisi ini. Terutama kepada generasi muda, segeralah pelajari Islam yang
sebenar-benarnya. Pelajari Al-Qur’an dengan tuntas, pelajari Kitab-kitab Hadits
(tentu hadits-hadits yang tingkatannya bisa dijadikan hujjah). Jangan
separo-separo atau setengah-setengah, sebab bisa menyebabkan salah pengertian.
Salah satunya adalah bahwa Islam mengajarkan perdamaian antar sesama manusia,
perdamaian antar ummat walau berbeda agama, islam mengajarkan saling tolong
menolong. Dan ingat, Islam tidak mengajarkan kekerasan, apalagi anarkisme. Islam tidak mengajarkan untuk menyakiti diri
sendiri, apalagi orang lain. Islam tidak mengajarkan kebencian apalagi yang
didasarkan pada kedendaman. Islam mengajarkan agar melindungi orang-orang yang
lemah, termasuk kelompok minoritas. Sungguh
indah Islam bila diimplementasikan oleh orang-orang yang memahami benar tentang
Islam . Selama ini Islam banyak diimpiltrasi orang-orang yang memang ingin
menghancurkan Islam. Mereka hancurkan Islam dari dalam. Hingga muncul
stigma-stigma bahwa Islam adalah agama kekerasan, jihad diartikan sebagai
pembunuhan-pembunuhan. Islam menjadi agama yang sangat menakutkan, mengerikan.
Wahai ummat Islam, terutama
generasi muda. Segeralah kembalikan citra Islam kepada citra yang benar.
Segeralah kembali kepada ajaran yang benar , Al-Quran dan As-Sunnah.
Penulis adalah ; Ketua Yayasan Pendidikan Islam Ikhwanul Muslimin.