Headlines News :

BERITA BLOG

Total Tayangan Halaman

"Orang Kecil Berbicara"

TEMAN BLOGGING

    KOMENTAR DARI FACEBOOK

    www.facebook.com/suriadinata1

    Misteri Staff Khusus Presiden Bidang Pangan Yang Mengundurkan Diri

    Tulisan ini saya ambil (copypaste) dari Website Resmi DPD PKS Jepara yang dipublikasi tanggal 23 Juni 2013, tanpa mengedit sedikitpun, baik judul maupun isinya. Saya memandang bahwa info ini penting diketahui, walaupun tingkat kebenarannya perlu pula dipertanyakan. 
    -----------------------------------------------

    1. Eng ing eeng…kita bahas lagi tentang korupsi besar alias triliunan rupiah di Perum Bulog (badan urusan logistik).

    2. Modus korupsi di BULOG ini bermacam2. Mulai dari permainan harga dan kualitas beras impor, sampai korupsi di Raskin. Triliunan per tahun
    3. Mari kita urai dan bongkar satu per satu. Dimulai dari korupsi impor beras yg diduga melibatkan mantan staf khusus Presiden bidang Pangan
    4. Staf Khusus Presiden Bidang Pangan dan Energi Prof Dr. Jusuf Gunawan Wangkar pada tanggal 14 Mei 2013 mendadak mengundurkan diri
    5. Alasan resmi pengunduran diri Jusuf Gunawan Wangkar ini secara resmi adalah karena mau fokus urus perusahaan keluarganya
    6. Namun, alasan yg sesungguhnya adalah JGW diduga terlibat dan otak dari berbagai kasus korupsi di sektor pangan termasuk impor pangan
    7. Pengunduran diri JGW sebagai staf khusus Presiden bidang pangan bertepatan dengan pemeriksaan Ketua DS PK Hilmi Aminuddin oleh KPK
    8. Tgl 14 Mei 2013, untuk pertama kalinya KPK undang dan periksa Hilmi Aminuddin. 3 hari sebelumnya Hilmi Bertemu dgn Presiden SBY
    9. Pada pertemuan tsb, ustad Hilmi secara blak2an menyampaikan semua informasi mengenai Mafia Pangan yg melibatkan Stafsus SBY dkk
    10. Menurut data Ust Hilmi, korupsi terbesar sektor pangan termasuk impor sapi/daging, otak pelakunya : Jusuf Gunawan Wangkar. SBY Shock !!
    11. Tidak hanya itu, Ustad Hilmi juga membongkar keterlibatan orang2 dalam istana /dekat Presiden SBY : KM, HH dan lain2. SBY makin Shock !!
    12. Selain JGW, nama2 mafia sektor pangan adalah Kasan atau Kusen dan Lidya yg jg adalah istri Jusuf Gunawan Wangkar. SBY hampir semaput !!
    13. Siapa itu Jusuf GW, Lidya dan Kasan kakak dari JGW ini? Mereka adalah sahabat karib SBY sejak SBY aktif di TNI. Pemasok catering di TNI
    14. Saat SBY jadi Panglima Pasukan Garuda di Bosnia (misi PBB) pun, JGW dan Kasan yg disebut2 sbg pengusaha pemasok makanan TNI di Bosnia
    15. Mundurnya JGW dari Stafsus SBY bid Pangan dapat diartikan sbg upaya utk tidak menyeret keterlibatan SBY dlm korupsi dan Mafia Pangan
    16. Dgn statusnya sbg Stafsus SBY bid Pangan, teman karib SBY selama puluhan tahun dst..Jusuf, Lidya, Kasan cs merambah kemana2. Ngeriii !
    17. Apalagi mereka dibantu penuh oleh orang2 dekat SBY, penghuni istana seperti KM & HH yg dikenal sbg tangan kanan Presiden SBY. Ngeriii !
    18. Hampir semua Kementerian dan Lembaga serta BUMN yg terkait Pangan menjadi sasaran korupsi mereka melalui proyek2 pengadaan pangan
    19. Jadi, kalau hanya kasus suap minta kuota impor daging sapi yg melibatkan LHI atau elit PKS, itu mah keciiiil banget. Ga sampai 5% nya !
    20. Praktek mafia dan korupsi yg mereka lakukan di berbagai K/L dan BUMN (SHS, BULOG, PERTANI, BERDIKARI dll) luar biasa besar. Triliunan !!
    21. Di BULOG misalnya, Jusuf Gunawan Wangkar dan Istrinya Lidya adalah otak korupsi impor beras RI. Tentu bersama2 Direksi Bulog
    22. Dirut BULOG Soetarto Alimoeso juga teman karib SBY. Teman SMA SBY. Klop deh sama Jusuf, Lidya, Kasan dll. Pesta pora korupsi triliunan
    23. Modus korupsi impor beras Bulog ini adalah dengan mewajibkan BULOG membeli beras impor dari perushaan milik JGW/Lidya di Vietnam sana
    24. Juga pembelian beras2 impor lainnya oleh Bulog, harus melalui perushaaan2 milik JGW, Lidya, Kasan cs di Vietnam, Thai, Myanmar dll
    25. Tentu saja harga beli BULOG tsb sdh dimark up oleh JGW cs. Direksi Bulog juga sdh tahu mark up tsb. Plus dgn fee US$ USD 10 – 36 / ton
    26. Direksi BULOG tidak ada yg berani melawan kehendak JUsuf, Lidya atau Kasan ini. Bakal dipecat kayak Sutono Dir PP BULOG yg mbalelo dulu
    27. Pada tgl 20 – 25 Jan 2011 yg lalu, Sutono (Dir PP BULOG) sedang berada di Vietnam utk realisasikan impor beras Indonesia dari Vietnam
    28. Tiba2 ada telpon masuk dari Istana yg perintahkan agar Sutono menerima/ menemui seorang wanita yg bernama Lidya, Sohib SBY. Sutono patuh
    29. Ketika bertemu dgn Sutono, Lidya langsung saja minta Sutono batalkan Schema Impor Beras yg sdh hampir final dan diubah dgn schema baru
    30. Tentu saja Sutono tdk bersedia penuhi keinginan Lidya yg ngaku2 sbg teman karib SBY selama puluhan tahun itu
    31. Lidya langsung sodorkan suap 1 koper penuh berisikan uang nominal USD 100 kepada Sutono. Sutono marah dan tolak mentah2.
    32. Sutono tetap laksanakan Schema Impor Beras sesuai dgn rencana semula. Lidya pun kecewa dan lapor ke Istana.
    33. Hanya dalam tempo 3 hari, tepatnya tgl 27 Januari 2011, Sutono yg baru pulang dari Vietnam, tiba2 dipecat ! Disodori SK Pemberhentian
    34. Sejak saat itu Sutono Direktur PP (pelayanan publik) Perum Bulog digantikan Agusdin Faried, boneka Dirut Soetarto Alimoeso. Mafia Menang
    35. Melalui pasangan suami istri Jusuf dan Lidya direksi BULOG diduga menerima fee US$ 10 – 36/ Ton beras. Belum termasuk mark up harga
    36. Belum termasuk fee dari operator kapal pengangkut beras impor yg US$ 1 -3 / Ton. Belum termasuk kerugian akibat rekayasa kualitas beras
    37. Tahun 2011 RI impor 2.75 juta ton beras. Kalikan US$ 10 per ton saja, maka didapat fee ke direksi BULOG = US$ 27.5 juta = Rp. 275 M !!
    38. Tahun 2011 RI impor beras 1.5 juta ton atau fee minimal ke direksi BULOG = US$ 15 juta atau Rp. 150 Milyar. Sedaaaaap hiks hiks !
    39. Cukup? TIDAK !! menurut info orang dalam BULOG, ada mark up atau selisih harga $US 15/ton. Kalikan saja dgn 2.75 juta + 1.5 juta
    40. Total mark up 4.25 juta ton x US$ 15/ ton = US$ 63.75 juta = Rp. 637.5 Milyar !!! Ini adalah kerugian negara MINIMAL. Banyak lagi !!



    Pilkades, Demokrasi Tertua Yang Ternodai

    Tanggal 30 Juni 2013 hari Minggu ada 33 desa di 17 kecamatan Kabupaten Karawang akan menyelenggarakan pemilihan kepala desa secara serempak. Hingar bingarnya sudah terasa. Alasannya, pada pilkades ini semua warga yang sudah dewasa di desa tersebut memiliki hak suara dan berhak menentukan pilihannya. Siapa kepala Desa yang diinginkannya. Ini adalah demokrasi tertua yang ada di negeri ini, dan menjadi warisan budaya yang tak boleh dispelekan.  Demokrasi langsung pilkades jauh lebih tua dibanding demokrasi langsung memilih Bupati, Walikota, Gubernur dan Presiden. 

    Persaingan antar calon kades untuk mendapatkan dukungan masyarakat kian semarak. Terlebih persaingan itu diekspresikan oleh perilaku para "kader", istilah yang umum digunakan untuk orang yang aktif mendukung salah satu calon  dengan mempengaruhi pemilih. Berbagai cara dilakukan, dari pendekatan hubungan saudara, tetangga dan pertalian-pertalian lainnya, sampai pada pemberian "kopi-gula", masak-masak (masak bersama) dan penyediaan makan untuk umum yang dibuka sepanjang hari di rumah calon. Malam harinya, biasanya keluarga calon harus menyediakan minuman, makanan ringan dan juga rokok buat para tamu yang datang berbondong-bondong, hanya untuk memperlihatkan dukungan pada calon yang didatanginya itu.Ini berjalan tiap malam.  Bisa dibayangkan berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk itu. Belum lagi, untuk sosialisasi, setiap calon membuat baliho berukuran besar dan poster-poster yang dipasang di seluruh pelosok desa.
    Sampai disini saya menganggap masih sangat wajar. Dan memang kondisi seperti itu sudah berjalan sejak awal ada pemilihan kepala desa.

    Money Politic
    Sudah tidak menjadi rahasia bahwa setiap calon berusaha memberikan sejumlah uang kepada calon pemilihnya saat akan berangkat ke TPS. Biasanya uang itu dibagi-bagi kepada calon pemilih yang daftar nama-namanya sudah ada di kader-kader. Jadi, sebelumnya, kader-kader itu membuat catatan yang berisi nama-nama calon pemilih yang dianggap akan mencoblos (memilih) calon yang didukungnya. Ada pula calon yang membagikan uang tanpa melihat apakah akan memilih dirinya atau bukan. Semua dibagi. Besarannya bervariasi, tergantung kemampuan keuangan sang calon. Jadi, bukan tidak mungkin seseorang calon pemilih bisa mendapatkan uang tersebut bukan hanya dari satu calon, bisa jadi dari semua calon, tergantung kepandaian berkamuplase.
    Hal seperti ini saya tidak bisa mengatakan secara tegas apakah bisa dikatakan money politik atau bukan. 

    Peran Penjudi.
    Disinyalir, kemenangan seorang calon kades dapat pula dipengaruhi oleh para penjudi. Modusnya ? Dari berbagai informasi diketahui bahwa jauh-jauh hari, para penjudi sudah melakukan pengecekan ke pelosok-pelosok desa, semacam survey lapangan. Itu dilakukan berbulan-bulan. Tujuannya untuk mendpatkan angka-angka jumlah pendukung dari tiap-tiap calon. Setelah angka hasil survey didapat, mereka sudah memiliki data perkiraan siapa yang akan menang. Hasil survey ini tidak sembarangan bisa dibuka (diberitahukan) kepada setiap orang. Alasannya, data itu digunakan untuk membuat posisi judi, agar bisa mendapatkan lawan dengan taruhan berjuta-juta bahkan beratus-ratus juta. Dan bila ada pihak yang menginginkanpun harus membayarnya dengan mahal.Bila info angka terlanjur terbuka maka mereka akan "memainkan" angka, dengan berupaya mengeluarkan uang untuk dibagi-bagikan kepada calon pemilih agar mau mengubah pilihan mereka dari calon yang akan mendapat angka tertinggi kepada calon yang diperkirakan mendapat dukungan terbanyak dua, atau lainnya. Tujuannya, tentu bukan semata-mata mendukung calon, tapi posisi judi agar mendapatkan lawan judi dengan taruhan uang yang lebih besar lagi.
    Terlepas dari kebenaran analisa tadi, yang jelas masyarakat pemilih masih sangat sangat rentan terpengaruh oleh besaran pemberian uang untuk menentukan pilihannya.

    Sayang demokrasi tertua di negeri ini ternodai,  terkontaminasi oleh gejala"fulusisme". 


    GURU KENCING BERDIRI, MURID KENCING BERLARI


    Mendidik, pada dasarnya adalah mengembangkan potensi kemanusiaan anak menuju kedewasaan. Dua tokoh pendidikan yang memiliki kridibelitas dalam bidangnya, Ki Hajar Dewantoro dan Benyamin S. Bloom (1956) merumuskan, ada tiga ranah potensi yang dimiliki setiap anak manusia, yaitu cipta, rasa dan karsa (Ki Hajar Dewantoro). Bloom menyebutnya cognitif, apektif dan psikomotor.
    Ranah kognitif (cipta) adalah potensi kecerdasan. Setiap anak diwarisi “Sang Pencipta” kekuatan otak (akal). Akal dikaruniakan Allah SWT untuk mengetahui dan memahami persoalan-persoalan dalam kehidupan. Sejak dini kemampuan akal harus dirawat dan dilatih agar tumbuh semakin tajam. Ranah apektif (rasa) adalah potensi yang menyangkut hati atau rasa. Dengan hati atau rasa  manusia mampu menentukan sikap mana yang baik dan mana yang buruk, mampu memilih yang pantas atau tidak pantas untuk diucapkan atau dilakukan. Ini berkaitan dengan nilai-nilai dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan ranah psikomotor (karsa) adalah potensi untuk melakukan sesuatu pekerjaan dengan memanfaatkan inderanya. Ranah ini berkaitan dengan keteramilan melakukan atau mengerjakan sesuatu.
    Guru memiliki kewajiban profesi mengembangkan ketiga ranah tersebut dengan melalui metode pembelajaran yang konferhensip, sebab ketiga ranah tersebut tidak bisa dipisahkan. Dalam proses pertumbuhan jasmani maupun rohani dia saling terkait. Oleh karenanya, pengembangannyapun harus dilakukan seiring (simultan) yang seimbang. Manusia yang paripurna adalah yang memiliki keseimbangan dalam mengembangkan ketiga potensi tersebut. Oleh karena itu seorang guru harus memiliki modal profesi yang mumpuni dalam mengembangkan ketiga ranah tersebut.
    Sesuai dengan pilosofinya, guru harus cerdas, guru harus memegang teguh nilai-nilai, dan guru harus terampil. Jika demikian maka seorang guru bukan hanya mampu mentranfer berbagai ilmu pengetahuan, tapi guru juga harus mampu mencerminkan diri (merefleksikan) sebagai pribadi yang memegang teguh nilai-nilai (nilai agama dan nilai masyarakat) serta guru harus mampu memberikan pelatihan-pelatihan untuk melakukan atau mengerjakan sesuatu.
    Ditengarai, bahwa guru saat ini lebih cenderung “memaksakan” anak didiknya untuk menjadi murid yang cerdas, pandai. Bahkan gelar juara kelaspun diberikan kepada mereka yang paling cerdas, atau paling pintar di kelasnya. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh berbagai hal. Pertama ; tuntutan kurikulum.
    Sampai saat ini kurikulum pendidikan kita menentukan bahwa ujung dari proses pembelajaran adalah test tertulis yang contennya adalah kemampuan “mengetahui atau memahami”. Sedang test sikap (nilai) dan keterampilan sering terabaikan. Bisa dilihat dengan jelas, bahwa sesorang siswa bisa dikatakan berhasil dalam belajarnya ketika mendapat nilai baik dalam ujian nasional. Lalu, bagaimana dengan sikap dan keterampilannya ?
    Masyarakat menilai bahwa kondisi masyarakat kita saat ini yang cenderung banyak melakukan pelanggaran (hukum dan norma), karena produk pendidikan kita hanya memiliki kemampuan intelektual. Sedangkan sikap moral, nilai-nilai kehidupan kurang mendapat porsi yang memadai. Ditambah lagi dengan miskinnya akan keterampilan (kerja).
    Barangkali hal inilah yang memotivasi masyarakat untuk mendorong dunia pendidikan kita agar menyadari hal ini, dan segera merubahnya. Namun demikian upaya pemerintah untuk melakukan perubahan tersebut sering juga dinilai salah. Yang paling sering menjadi kambing hitam kegagalan pendidikan adalah kurikulum. Tidak heran ketika menteri pendidikan dituntut memperbaiki pendidikan, yang paling dulu dirombak adalah kurikulum. Padahal dalam dunia pendidikan ada yang lebih substansial, yaitu guru.  Dan ini sudah tidak diragukan lagi, bahwa dalam proses pendidikan , guru menempati posisi paling strategis.
    Tulisan ini tidak bertujuan memojokkan posisi guru, tapi bila benar kita ingin memperbaiki dunia pendidikan kita, perhatian kita harus tertuju ke arah guru. Bagaimana kesejahteraannya. Bagaimana sarana dan pra sarana melaksanakan tugasnya. Bagaimana situasi psikologisnya. Termasuk persoalan ;  apakah guru memahami, meyakini dan menyadari bahwa tugas mereka adalah mengembangkan potensi-potensi anak secara utuh, bukan hanya kecerdasan dan kepintaran (kognitif) semata ? Apakah guru-guru kita saat ini sudah memiliki sikap, moral, perilaku yang baik berdasarkan nilai-nilai agama dan masyarakat ? Apakah guru-guru kita sudah mampu merefleksikan sikap, moral, perilaku yang baik berdasarkan nilai-nilai agama dan masyarakat di depan mata para siswanya ?
    Pertanyaan-pertanyaan tersebut tentu harus disikapi dengan jujur dan mawas diri, untuk mendapatkan jawaban yang tepat dan benar. Bukan tidak mungkin kegagalan ini disebabkan egois berlebihan dan tak mau menganalisa diri kita sendiri, bahkan tak mau dikoreksi.
    Dengan tidak mengenyampingkan segala prestasi dan hal positif lain yang dipersembahkan para guru kita, persoalan moralitas, sikap dan nilai-nilai yang diperlihatkan guru kepada siswanya harus baik dan berdampak positip. Dan saya masih percaya bahwa masih banyak guru yang memiliki moralitas, sikap dan nilai-nilai yang baik bahkan sangat baik, diperagakan didepan kehidupan siswa-siswanya, dan juga tidak menutup mata masih ada guru yang moralitas, sikap dan nilai-nilai nya yang kurang baik, terutama dalam kontek melaksanakan tugas sebagai guru.
    Seorang pejabat pendidikan di Disdikpora Kabupaten Karawang mengatakan : “ Bukan tidak mungkin ketika sikap moral dan perilaku para siswa menjadi kurang baik, disebabkan oleh proses imitasi dan identifikasi siswa terhadap perilaku buruk gurunya yang sering disaksikan sehari-hari. Salah satu contohnya guru yang sering tidak datang melaksanakan tugas (mangkir). Perbuatan guru tersebut dinilai “lalai, kurang tanggungjawab, dan tidak disiplin” Dan itu diidentifikasi dan diimitasi murid-muridnya. Rekaman atas perbuatan gurunya itu akan melekat pada memori jiwa anak didik dan akan dibawa pada kehidupan dimasa berikutnya. Sungguh berbahaya. Ibarat tumbuhan, guru adalah ; air, pupuk dan pagar.  Maka bila tumbuhan tersebut tak disiram, tak dipupuk dan tak dipagar, walau hanya sehari, pasti pertumbuhannyapun menjadi terganggu,”
    Pejabat itupun menyambungnya : ”Bagaimana mungkin bisa menularkan karakter bangsa yang baik, kalau karakter gurunya kurang baik.”

    Kabar gembira : Roy Suryo Dapat Restu FIFA

    Cape rasanya mengikuti perkembangan para petinggi sepak bola kita (PSSI vs KPSI). Mereka bilang apa yang dilakukannya untuk kemajuan sepak bola Indonesia. Nyatanya ? Jangankan kemajuan. Sedikitpun pretasi tak pernah diraih. Jangankan di tingkat dunia, di Asia Tenggara saja sudah kalah sama Vietnam, Pilipina, Malaysai, Thailand, Singapura. Apa yang bisa dibanggakan ? Akibatnya peringkat kita ada di posisi 163 padahal sebelumnya kita ada di peringkat 157. 
    Kedua kubu sepertinya sama ngototnya, merasa benar sendiri. Mereka berpikir, lebih baik hancur dari pada kalah. Banyak upaya dilakukan, tapi tak pernah didengar. Sebagai rakyat biasa, saya menganggap bahwa sebenarnya merekalah (PSSI dan KPSI) yang harus bertanggung jawab atas  melorotnya persepakbolaan Indonesia. Bila mereka ngomong ingin memajukan, bohong besar. Yang mereka perebutkan hingga titik penghabisan adalah "uang".

    Untung masih ada kesempatan untuk menyelamatkan persepakbolaan kita. Baru-baru ini FIFA memberi restu kepada pemerintah (Menpora) untuk membentuk Tim Nasional, sehingga ada harapan kita memiliki tim yang bagus dan berprestasi. Bayangkan sebelumnya, pemain ISL yang dipanggil bergabung di Timnas ogah bergabung karena yang membentuknya adalah PSSI. Demikian pula pemain IPL ga mau gabung dengan timnas ciptaan KPSI. Kacau lah !

    Kabar terakhir bahwa akan dibentuk Tim Nasional oleh tim independen bentukan Menpora. Kubu dua belah pihak (PSSI dan KPSI) setuju.

    Ayo putra-putra terbaik yang tersebar di kompetisi ISL dan IPL bergabunglah untuk membentuk timnas yang tangguh. Angkat derajat bangsa ini. Jangan angkat derajat mereka-mereka yang senang berkelahi demi kepentingan kelompoknya.
    Go...go...go Indonesia...!!!!!!!

    Sekedar saran : Korban Banjir Karawang, bukan hanya butuh Supermie.

    Banjir di Kec.Cilamaya Kulon
    Akibat begitu tingginya curah hujan di bulan Januari ini, beberapa tempat di Kabupaten Karawang terkena banjir. Ketinggian rendaman air dan akibat-akibatnya bervariasi. Di Kecamatan Telukjambe Barat, Telukjambe Timur, Karawang Barat dan Karawang Timur, banjir hanya sebatas meredam pemukiman sekitar 30 cm sampai 1 meter.
    Di Kecamatan Tempuran, Cilamaya Wetan, Cilamaya Kulon, Cilebar, Pedes, Kutawaluya, Cibuaya, banjir sebagian besar meredam pesawahan yang mengakibatkan kegagalan bagi para petani. Sedangkan di Kecamatan Rengasdengklok, Batujaya dan Pakisjaya, banjir meredam rumah (pemukiman) yang ketinggiannya cukup membuat penduduk khawatir dan perlu mengungsi. Selain itu beberapa rumah rusak diterjang air akibat jebolnya tanggul Citarum.

    Jadi, banjir di Karawang memiliki 3 katagori dengan permasalah dan penyebabnya berbeda.

    Katagori 1 (Kec.Telukjambe Barat, Telukjambe Timur,Karawang Barat dan Karawang Wetan), banjir disebabkan oleh saluran-saluran air yang tak lagi mampu mengalirkan air hujan. Hal ini disebabkan pemukiman yang tidak dilengkapi dengan sistem drainase yang memadai. Kalupun ada, saluran-saluran tersebut banyak tersumbat oleh tumpukan sampah. Selain itu, seperti kawasan perkotaan lainnya, permukaan tanah yang dimungkinkan menjadi resapan air hujan, sudah sangat minim. Beton dan aspal lebih banyak menutupi permukaan tanah. Air hujan kemudian menumpuk di permukaan tanah, dan sulit mengalir karena saluran-saluran yang ada terlalu kecil dan tersumbat sampah pula. Selain itu, banjir di wilayah tersebut juga disebabkan meluapnya air sungai Citarum.

    Katagori 2 (Kec.Tempuran,Cilamaya Wetan,Cilamaya Kulon,Cilebar , Pedes, Kutawaluya,Cibuaya), banjir  lebih disebabkan oleh letak daerah tersebut berada di  dataran paling rendah dan datar. Air hujan akan mengalir dari daerah yang lebih tinggi dan menyebar ke tempat-tempat rendah dan berbenturan dengan air laut. Dataran yang terendam air sebagian besar adalah pesawahan.

    Katagori 3 (Kec. Rengasdengklok, Cibuaya dan Pakisjaya) banjir lebih disebabkan karena luapan air Sungai Citarum. Diperparah dengan jebolnya beberapa titik tanggul penyangga. Salah satunya tanggul Citarum yang jebol pada hari Sabtu (19/1/2013) di Desa Telukbango.

    Atas analisa itulah, kita perlu memahami persoalan banjir di Karawang, sehingga kita bisa memberikan perlakuan yang tepat. 

    Perlakuan preventif.

    Tindakan yang paling penting ialah mengupayakan bebagai tindakan agar penyebab-penyebab banjir itu tidak ada dan tidak terjadi. Pada katagori1 , upaya kita adalah penataan lingkungan yang sehat dan terkontrol. Dalam mengelola hal ini saya yakin sudah banyak ahli yang memahaminya.
    Pada katagori  2, upaya kita adalah mengeruk setiap saluran dan sungai di Karawang, terutama di hilir sungai. Tentu bukan hanya satu kali, tapi dilakukan  secara rutin.
    Sedang pada katagori 3, upaya yang harus kita lakukan, adalah bagaimana tanggul Sungai Citarum sepanjang wilayah Kabupaten Karawang, kokoh. Tentu pengokohan tanggul ini bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah Kabupaten Karawang, tapi juga Pemerintah Pusat.

    Perlakuan pada korban banjir
    .
    Melihat ketiga katagori terjadinya banjir di Karawang, maka perlakuan terhadap korbanpun perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan penderitaan mereka.
    Di kawasan katagori 1, yang sangat dibutuhkan korban adalah tempat pengungsian yang memenuhi syarat kesehatan, disamping berbagai kebutuhan pokok hidup mereka selama di pengungsian.
    Di kawasan katagori 2, korban membutuhkan bantuan atas kerusakan tanaman mereka..Bisa bibit , pupuk dan obat-obatan pembasmi hama , atau dana tunai untuk keperluan tersebut.  Pada umumnya di kawasan tersebut pemukiman mereka tidak tergenang air.
    Sedang di katagori 3, selain bantuan kebutuhan pokok hidup,perbaikan tanaman (usaha) mereka, juga perlu bantuan dana perbaikan rumah-rumah mereka yang rusak karena banjir.

    Jadi memperlakukan korban banjir di Karawang, perlu disesuaikan dengan kebutuhannya.
    Bukan hanya "SUPER MIE"

    Ditulis oleh : Kasim Suriadinata.
     
    Support : YPK | JKR | JKR
    Copyright © 2010 okabe.com - All Rights Reserved
    JOKER JOKER Published by JOKER
    Proudly powered by POSTING