Headlines News :
Home » » Pendidikan Karakter Bangsa (Bag. II)

Pendidikan Karakter Bangsa (Bag. II)

Written By joker.com on Sabtu, 15 September 2012 | 05.22

Keteladanan 
Untuk mengubah pola berpikir,bersikap dan berperilaku bukanlah perkara mudah. Dan itu memerlukan waktu panjang dan berkesinambungan. Perlu motivasi kuat serta stimulus yang rasional dan menarik. Ini harus dirancang dengan baik yang kemudian dipahami benar oleh orang-orang yang terlibat, terutama "guru". Guru menjadi tumpuan utama dalam upaya ini. Dengan demikian, diharapkan para guru memainkan peran optimal dengan membekali diri , tentu dengan ilmu dan nilai-nilai yang akan diterapkan kepada anak didiknya, sehingga menjadi pigur yang diteladani oleh semua muridnya. 
Untuk mencapai tingkat keteladanan ,tentu memerlukan kesungguhan. Dari hal-hal besar sampai hal-hal kecil sikap dan perilaku guru harus memiliki nilai positif dan berupaya meminimalisir hal-hal yang negatif. Dan itu harus terefleksi di kehidupan sehari-hari, tidak kamuflase (berpura-pura), baik di depan anak didik maupun diluar perhatian anak didik. Berat, memang. Tapi itulah resiko jabatan profesi guru bila ingin memperoleh hasil didik yang baik.
Sayangnya, interaksi antara guru dengan muridnya hanya beberapa jam saja. Rata-rata 5 atau 6 jam perhari, dari 24 jam kehidupan.

Peran Orang Tua
Para ahli pendidikan sepakat, bahwa sikap dan perilaku orang tua sangat mempengaruhi perkembangan sikap dan perilaku anak-anaknya. Logikanya, kedua orang tuanyalah yang pertama-tama dikenal anak, dan bersentuhan secara sosial maupun psikologis dengan waktu yang paling banyak pula.
Oleh karena itu, bila kita menginginkan karakter anak-anak kita bagus, memiliki nilai-nilai moral, agama dan bermasyarakat, yang pada ujungnya berkarakter sebagai warga negara Indonesia yang baik, maka peran orang tualah yang paling menentukan.

Pendidikan Moral di Sekolah
Banyak pengamat pendidikan yang menilai bahwa proses pendidikan di sekolah terlalu berorientasi pada kemampuan intelektual (kemampuan kognitif). Keberhasilan belajar diukur dari hasil-hasil "ulangan" tertulis.
Aspek moral dan budi pekerti kurang menjadi pertimbangan. Akibatnya, nilai-nilai moral dan budi pekerti anak didik menjadi bias dan samar. Untuk mempertegasnya mereka mencari sendiri nilai-nilai yang didapatnya dari pergaulan dan cenderung dari yang mereka anggap modern. Bila sudah terjadi begini, maka generasi mendatang akan menjadi sasaran empuk bagi pengembang budaya asing. Cara bicara, cara berpakaian, cara berperilaku dan terutama cara berfikir.

Uraian yang saya tulis diatas paling tidak menggambarkan rasa kekhawatiran saya terhadap generasi mendatang, yang dinilai telah jauh meninggalkan "keIndonesiaan". Dan, orang lainpun banyak yang memiliki penilaian yang sama. Salah satu buktinya adalah ketika pemerintah (Kemendikbud) mencanangkan pendidikan Karakter Bangsa  yang salah satu alasannya adalah kekhawatiran generasi mendatang sudah melupakan rasa kebangsaannya.
Sayangnya, saya belum bisa memahami benar konsep seperti apa Pendidikan Karakter Bangsa yang akan diterapkan kepada anak didik. Dan sudah siapkah para guru mengaplikasikan konsep tersebut.



Share this post :

Posting Komentar

 
Support : YPK | JKR | JKR
Copyright © 2010 okabe.com - All Rights Reserved
JOKER JOKER Published by JOKER
Proudly powered by POSTING