Headlines News :

BERITA BLOG

Total Tayangan Halaman

"Orang Kecil Berbicara"

TEMAN BLOGGING

    KOMENTAR DARI FACEBOOK

    www.facebook.com/suriadinata1

    Sholat Taraweh kok diperlakukan begitu ?

    Sepuluh hari bulan Ramadhan sudah berlalu. Sepuluh malam pula mesjid-mesjid penuh bergemuruh, ketika usai Sholat isya berlangsung solat taraweh berjamaah. Suara imam lantang bersambungan tanpa hela nafas seperti diburu  sesuatu, membacakan surah al-Fatihah dan surah-surah lainnya dalam Al-Qur'an. Begitu usai imam membaca Fatihah, maka menggelegarlah ucapan jamaah ma'mum ; "amiiiiiiiiiin". Gelegar itu didukung pula oleh pengeras suara yang saat ini sudah menjadi alat elektronik yang "wajib" bagi setiap mesjid.
    Banyak orang berpendapat, bahwa situasi Ramadhan seperti yang digambarkan diatas, adalah sesuatu yang baik, dengan alasan bahwa kegiatan "taraweh berjamaah" menjadi syi'ar Islam.

    Dalam tulisan ini, saya ingin memberikan komentar dan pendapat mengenai hal diatas. Ada 2 hal yang saya terus bertanya baik pada diri sendiri maupun pada orang lain, yang sampai saat ini belum mendapat jawaban yang memuaskan. 
    Pertama : Yang saya tahu, istilah "sholat taraweh" dalam naskah-naskah hadits Nabi sulit ditemukan. Yang ada , istilah yang dimaksud adalah " qiyaamu ramadhan" atau "qiyaamu lael". Ada banyak ditemukan hadist-hadist menegenai itu. Saya sama sekali tidak akan mempersoalkan apakah 11 rakaat atau 20 rakaat, walaupun masih ada pihak-pihak yang mempersoalkannya. 
    Dalam hadist-hadist qiyamu ramadhan disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW melakukannya di mesjid pada awal-awal Ramadhan, dan itu diikuti para sahabat.  Berikutnya beliau lakukan di rumah. Hal ini, menurut para ahli, Nabi khawatir dikemudian hari shalat malam yang beliau lakukan dianggap wajib, sebagaimana pada hadist berikut : “Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam pada suatu malam salat di masjid lalu para sahabat mengikuti salat Beliau, kemudian pada malam berikutnya (malam kedua) Beliau salat maka manusia semakin banyak (yang mengikuti salat Nabi n), kemudian mereka berkumpul pada malam ketiga atau malam keempat. Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam tidak keluar pada mereka, lalu ketika pagi harinya Beliau bersabda: ‘Sungguh aku telah melihat apa yang telah kalian lakukan, dan tidaklah ada yang mencegahku keluar kepada kalian kecuali sesungguhnya aku khawatir akan diwajibkan pada kalian,’ dan (peristiwa) itu terjadi di bulan Ramadan.” (Muttafaqun ‘alaih)

    Yang saya lihat saat ini di mesjid-mesjid dan mushola-mushola (terutama di sekitar saya tinggal) sholat "taraweh" seolah hukumnya wajib. Orang-orang yang tidak biasanya sholatpun berbondong-bondong kemesjid untuk taraweh. Laki-laki maupun perempuan. Bahkan yang tidak ke mesjidpun menjadi celaan. Mesjidpun menjadi penuh sesak.

    Sebagai seorang muslim, saya sangat bangga melihat kondisi ini. Tapi apa yang terjadi ketika Ramadhan usai. Mesjidpun kembali kepada keadaan semula. Jamaah solat Magrib dan Isya dua, tiga saf paling banyak. 
    Saya bertanya pada diri saya sendiri ; "apa yang mereka fahami tentang taraweh ?" Bukankah yang wajib itu adalah sholat Isanya. Dan keutamaan berjamaah Isya pun sudah pada tahu. Mengapa mereka tak datang ?

    Kedua : Sholat taraweh (apapun namanya) tetap ibadah. Artinya ; pelaksanaannya harus sesuai dengan apa yang diperintahkan dan harus sesuai dengan yang pernah dicontokan RosulNya, dengan tertib, khidmat dan khusyu.
    Apa yang saya lihat ? 
    Imam membacakan surah-surah dengan cepat seolah ada yang  "mengejar-ngejar". Tak ada kesan khidmat, tertib dan khusyu. Artikulasi bahasa Arabnya menjadi kabur. Kontan pula makmumnya mengucapkan "amiiiin" seperti berteriak sekeras-kerasnya.

    Saya tak habis pikir, mengapa "sholat taraweh" diperlakukan seperti itu ?
    Yang paling mengherankan saya, dari tahun ketahun, ya,,, seperti itu, tanpa ada perubahan untuk lebih sesuai dengan tuntunan Rosul-Nya.

    Bagi yang membaca blog saya ini, tolong berikan komentarnya.

    Mau Jum'at atau Sabtu, Berpuasalah dengan benar dan Ikhlas.

    Hari ini, Kamis 19 Juli 2012, ummat Islam Indonesia ramai membicarakan kapan mulai puasa. Jum'at atau Sabtu. Muhammadiyah sudah memastikan bahwa awal Ramadhan tahun ini jatuh pada hari Jum'at 20 Juli. Sementara yang lain masih menunggu keputusan pemerintah.Muhammadiyah memutuskan hal itu atas dasar perhitungan ilmu astronomi. Dasar hukumnya Qur'an Surat Yunus ayat 5. Menurut mereka,  ijtima terjadi   pada Kamis 19 Juli 2012 jam 11.24. Hilal berada pada posisi 1,4 derajat diatas ufuk. Artinya, hilal sudah wujud dan sudah "dilihat" sesuai dengan hadits Nabi yang mengatakan "Berpuasalah kamu apabila melihat bulan dan berbukalah apabila melihat bulan". Mereka berkeyakinan bahwa "melihat" tidak harus dengan mata , tapi bisa dengan ilmu.
    Sedang bagi lainnya (terutama kaum Nahdiyin) bahwa menentukan awal Ramadhan dengan melihat bulan secara harfiyah. Mereka berpegang pada hadits diatas, yang ujungnya "apabila kamu tidak bisa melihat (bulan) genapkanlah bulan Sya'ban 30 hari". Atas dasar itulah pada tanggal 29 Sya'ban mereka melakukan "ru'yat" di beberapa tempat terbuka untuk dapat melihat bulan (hilal).
    Lepas magrib, Kementrian Agama yang dipimpin Menteri Agama, Suryadarma Ali menyelenggarakan Sidang Itsbat untuk memutuskan awal Ramadhan dengan menghadirkan seluruh organisasi Islam. Dalam sidang itu didengarkan laporan hasil rukyat di berbagai tempat di Indonesia dan hasilnya menjadi kesimpulan. 
    Ujungnya Menteri Agama, atas nama pemerintah memutuskan bahwa awal Ramadhan 1433 H jatuh pada hari Sabtu 21 Juli 2012, karena laporan tim yang dibentuk pemerintah seluruhnya tidak melihat hilal.
    Padahal, soal "tidak bisa melihat hilal" pada saat itu, sudah bisa diduga dan pasti, sebab menurut ahli falaq (astronomi) dan ilmu hisab posisi hilal dibawah 2 derajat, tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Apalagi diufuk barat tempat matahari terbenam dan hilal muncul, tertutup awan.

    Terlepas dari dua putusan yang berbeda itu, saya berpandangan bahwa, apabila keduanya didasarkan kepada keinginan melakukan ibadah dengan ikhlas, tak ada yang bisa disalahkan. Bahkan saya lebih menyoroti persoalan ummat ISLAM yang sepertinya terus diobok-obok pihak yang tak suka akan ISLAM. Mereka senang apabila kita terus beseteru diantara ummat Islam sendiri. Jika terus begini, kekuatan ummat Islam akan terus melemah. Kondisi seperti inilah yang diharapkan terus berkembang oleh pihak-pihak tertentu. 

    Oleh karena itu, wahai saudara-saudaraku yang terlindung oleh pengakuan dan kesaksian bahwa sesunggunya Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad SAW adalah RosulNya, jangan persoalan ini menjadikan kita "bercerai". Tolong perhatikan peringatan Allah dalam Al-Qur'an "dan berpegang teguhlah kamu sekalian pada tali Allah, dan jangan kau bercerai-berai". Justru dengan perbedaan inilah kita bisa memahami betapa pentingnya kita menjalin kesatuan ummat Islam. Ingat, musuh Islam terus mengitai kelemahan-kelemahan kita. Mereka tak akan segan-segan menghancurkan kita ketika kila lemah.

    Yang terpenting, laksanakanlah ibadah saum selama satu bulan dengan benar dan ikhlas. Mudah-mudahan Allah SWT selalu menerima ibadah kita, dan mengampuni segala kekhilafan kita. Amin.


     
    Support : YPK | JKR | JKR
    Copyright © 2010 okabe.com - All Rights Reserved
    JOKER JOKER Published by JOKER
    Proudly powered by POSTING